Islam Allah Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Metode Iqro’ Kota Tegal: Kiat Khusyu' Dalam Shalat

Senin, 03 Desember 2012

Kiat Khusyu' Dalam Shalat

oleh, Ustaz H. Abu Thalib,MHI

Ada beberapa kiat khusyu' dalam shalat yang kerap kali disinggung oleh paraulama dalam buku-buku mereka khususnya yang berkenaan dengan hukum dantata cara shalat. Di antaranya:
1. Mengenal Allah, Menghadirkan, Mengagungkan danTakut Kepada-Nya.Orang yang paling khusyu' dalam shalat adalah orang yang paling bertakwa.Karena Allah berrman:6"(orang-orang yang khusyu' yaitu) orang-orang yang meyakini bahwamereka akan menemui Rabb mereka, dan bahwa mereka akankembali kepada-Nya." (Al-Baqarah: 46)
Dalam hal itu Allah juga berrman:"Sesungguhnya yang takut (bertakwa) kepada Allah hanyalah paraulama." (Al-Fathir: 28)
Maksudnya, hanya orang-orang yang berilmu yang tergolong bertakwa kepadaAllah. Dan tentunya, hanya merekalah yang digolongkan orang-orang yangkhusyu' dalam shalatnya. Yang dimaksud dengan ilmu di sini tentunya ilmu yang shahih yang membuahkan amalan shalih. Karena itu Al-Hasan al-Bashripernah menyatakan:"Ilmu itu ada dua macam: ilmu ungkapan lidah, dan ilmu di sanubari.Adapun ilmu sanubari, itulah ilmu yang bermanfaat. Sedangkan ilmuungkapan lidah, adalah hujah Allah atas manusia."Allah berrman:"Apakah kamu yang lebih beruntung wahai orang-orang musyrikataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam, dengansujud dan berdiri, sedangkan ia takut akan (adzab) akhirat danmengharapkan rahmat Rabb-nya..." (Az-Zumar: 9)
2. Hendaknya Orang Yang Shalat Menyadari BahwaShalat Adalah Perjumpaan, Sekaligus Komunikasi Dirinya Dengan AllahHal itu telah diisyaratkan dalam hadits Nabi :"Apabila seorang di antaramu sedang shalat, sesungguhnya dirinyasedang berkomunikasi kepada Allah. Maka janganlah ia membuangludah ke hadapan muka, atau ke arah kanan; tapi hendaknya ia membuangnya ke-sebelah kiri, atau di bawah telapak kakinya." 66 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari: 531, Muslim: syarah Nawawi: 5/40-41, An-Nasa'i: 1/163,11/52-53 dan lain-lain.
Imam Nawawi berkata:"Sabda beliau: "..sesungguhnya ia sedang berkomunikasi kepadaRabb-nya...", merupakan isyarat akan pentingnya keiklasan hati,kehadirannya (dalam shalat) dan pengosongannya dari selainberdzikir kepada Allah... "
Jika shalat adalah komunikasi seorang hamba kepada Allah, dan itu sudahdisadari oleh orang yang shalat; maka sudah selayaknya hal itu memacu dirinyauntuk bersikap khusyu'. Karena diapun sadar, bahwa segala gerak hatinya,apalagi gerak tubuh kasarnya, pasti selalu diperhatikan oleh Allah.
3. Ikhlash Dalam MelaksanakannyaKeikhlasan adalah ruh aural. Allah berrman:"Yang menjadikan hidup dan mati, agar Dia menguji kamu; eiapakahdi antara kamu sekalian yang terbaik amalannya." (al-Mulk: 2)Berkenaan dengan ayat ini; Fudhail bin Iyyadh pernah menyatakan:"Yang dimaksudkan dengan yang terbaik amalannya, adalah yangpaling ikhlas dan paling benar."Satu amalan yang dianggap pelakunya sudah ikhlas, bila tak mencocoki ajaransyari'at (benar-pent), tak akan diterima. Demikian juga amalan yang benarsesuai ketentuan, namun tidak ikhlas karena Allah, juga tak ada gunanya. Ikhlas,artinya hanya untuk Allah. Benar, artinya menuruti, Sunnah Rasul Satu amalan yang dilakukan dengan ikhlas, dengan sendirinya akan mudahmeleburkan diri si hamba secara menyeluruh ke dalam ibadah itu sendiri. Karenatak satupun -menurut keyakinannya- yang pantas menguras perhatian dirinyaselain Allah.
Lihat Syarhu Shahih Muslim V/40-41.8Lihat Al-Hilyah - oleh Abu Nu'aim: V111/59, Tafsir al-Baghwi: 1V/369, Zadul Masir:1V/79.
4. Mengkonsentrasikan Diri Hanya Untuk Allah
Dalam shahih Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:"Seandainya seorang hamba (sesudah berwudhu dengan baik) tegakmalakukan shalat, memuji Allah, menyanjung-Nya, mensucikan diri-Nya yang mana itu memang merupakan hak-Nya, mengkonsen-trasikan diri hanya rnengingat Allah; maka ia akan keluar darishalatnya laksqna bayi yang baru dilahirkan."
Al-Imam Ibnu Katsir menyatakan:"Sesungguhnya kekhusyu'an dalam shalat itu hanya dapat dicapaioleh orang yang mengkonsentrasikan hatinya untuk shalat itu,disibukkan oleh shalat hingga tak mengurus yang lainnya; sehinggaia lebih mengutamakan shalat dari amalan yang lain."
5. Menghindari Berpalingnya Hati Dan Anggota Tubuh Dari Shalat
Aisyah pernah bertutur:"Aku pernah bertanya kepada Rasulullah tentang berpalingnya wajahdi kala shalat, ke arah lain. Beliau menjawab:"Itu adalah hasil curian setan dari shalat seorang hamba."
Ath-Tayyibi menyatakan:"Dinamakan dengan "hasil curian", menunjukkan betapa buruknyaperbuatan itu. karena orang yang shalat itu tengah menghadap Allah,namun setan mengintai dan mencuri kesempatan. Apabila ia lengah,setan langsung beraksi!9Diriwayatkan oleh Muslim: 832 dan Ahmad: IV/ 112-385, dari hadits Amru bin Abasah.10Diriwayatkan oleh Al-Bukhari: 571, Abu Dawud: 910, Tirmidzi: 589, an-Nasa'i: III/7dan lain-lain.
Imam Ash-Shan'ani menyatakan:"Sebab dimakruhkannya berpaling tanpa hajat di kala shalat, karenaitu dapat mengurangi kekhusu'an, dan dapat juga menyebabkansebagian anggota badan berpaling dari kiblat. Juga karena shala titu adalah menghadap Allah.
6. Merenungi Setiap Gerakan Dan Dzikir-Dzikir DalamShalat
Imam Ibnul Qayyim pernah menyatakan:"Ada satu hal yang ajaib, yang dapat diperoleh oleh orang yangmerenungi makna-makna Al-Qur'an. Yaitu keajaiban-keajaibanAsma dan Sifat Allah. Itu terjadi, tatkala orang tadi menuangkansegala curahan iman dalam hatinya, sehingga ia dapat memahamibahwa setiap Asma dan Sifat Allah itu memiliki tempat (bukandibaca) di setiap gerakan shalat.Artinya bersesuaian. Tatkala ia tegak berdiri, ia dapat menyadarike-Maha Terjagaan Allah, dan apabila ia bertakbir, ia ingat akanke-Maha Agung-an Allah."
7. Memelihara Tuma'ninah (Ketenangan), Dan TidakTerburu-buru Dalam Shalat
Allah berrman:"Dan apabila kamu sudah tenang, maka dirikanlah shalat..." (An-Nisa': 103)Ayat di atas jelas mengisyaratkan bahwa ketenangan, adalah faktor vital dalamshalat yang harus diperhatikan. Sehingga "keharusan" shalat bagi seorangmukmin di saat-saat berperang dengan orang-orang kar, dilakukan kala ia sudahkembali tenang.
Lihat Subulu as-Salam I/ 309-310.
Lihat Ash-Shalah karya Ibnul Qayyim.
Hal ini juga terpahami jelas dari hadits tentang "Shalat orang yang asal-asalan", yang lalu dikoreksi oleh Nabi. Bahkan orang itu disuruh mengurangishalatnya dengan sabda beliau, yang artinya:"...dan ruku'lah sehingga kamu tuma'ninah dalam ruku' itu. lalutegaklah berdiri sampai kamu tuma'ninah dalam berdiri...dst"
8. Semangat Dalam Melakukannya
Ini satu hal yang lumrah. Karena tatkala seseorang shalat dengan seenaknya,malas dan tidak bersemangat; jelas tak akan dapat diharapkan kehusyu'annya.Oleh sebab itu, dalam hadits yang diceritakan Anas bin Malik disebutkan bahwaRasulullah pernah memasuki masjid. Tiba-tiba beliau melihat ada tali yangdirentangkan antara dua tiang masjid tersebut.Beliau lantas bertanya: "Untuk apa tali ini?" Para shahabatmenjawab: "Itu punyanya Zainab. Kalau dia lagi lemas waktushalat, itu dijadikan tempat berpegangan." maka beliau bersabda,yang artinya:"Lepaskan tali itu. setiap kamu itu hendaknya shalatdengan bersemangat. Kalau dia memang merasa capek,ya istirahat dulu." Rasulullah juga pernah bersabda,"Apabila salah seorang di antara kamu mengantuk, sedangkan iatengah melalukan shalat; hendaknya ia tidur terlebih dahulu sehingahilang rasa mengantuknya. Karena kalau ia shalat terus, janganjangan, ia ingin beristighfar malah mencaci dirinya sendiri" 15Berkenaan dengan hal itu, Imam An-Nawawi pernah menyatakan:13Diriwayatkan oleh Al-Bukhari: 757, 793, 6251 dan lain-lain, Muslim: 397, Abu Dawud:956 dan yang lainnya.14Diriwayatkan oleh Al-Bukhari: 1150, Muslim: 784 dan lain-lain.15Diriwayatkan oleh Al-Bukhari: 212, Muslim: 786, Abu Dawud: 1310, At-Tirmidzi:388, an-Nasa'i: 11215-216, Ibnu Majah: 1370, Ahmad: VI/ 56, 202, 259, ad-Darimi:1373 dan Malik dalam Al-Muwattha': 31/118, dari hadits Aisyah.)11"Hadits tersebut mengandung anjuran agar seorang hamba itu shalatdengan konsentrasi penuh, khusyu', terfokus kirannya kepada Allahdan dengan semangat. Hadits tersebut juga menyuruh orang yangmengantuk selagi shalat itu untuk tidur dulu, atau melakukan hallain yang dapat menghilangkan rasa kantuknya."
Dalam hal ini, nampak sekali kesalahan sebagian kaum Muslimin yangmenganggap shalat yang khusyu' itu cenderung harus dilakukan dengan lemahgemulai dan tak bertenaga. Kalau kita tilik kembali tata cara shalat yangdiajarkan Nabi akan kita dapati bahwa seluruh gerakan shalat secara kolektifternyata harus dilakukan dengan bersemangat, bukan dengan melemas-lemaskan tubuh.Ambil contoh misalnya: ruku'. Di saat melakukan ruku', orang yang shalatdiperintahkan untuk meluruskan punggung. Namun disamping itu ia jugadiperintahkan untuk membengkokkan sedikit kedua tangannya. Konsekuensinya,ia harus melakukan gerakan itu dengan perhatian penuh.Contoh lain, kala bersujud. Di saat bersujud, seorang mukmin harusmeluruskan punggungnya, meluruskan pahanya, meletakkan dengan tepat tujuhanggota sujud, menekankan kening ke bumi, bertumpu pada kedua belah telapaktangan, merapatkan kedua telapak kaki, mengarahkan dengan penuh jari-jari kakikearah kiblat, merenggangkan kedua lengan, menjauhkan perut dengan bumi; disamping juga berdzikir, memanjangkan sujud dan lain-lain. Semuanya itu, taksyak lagi, hanya bisa dilakukan dengan penuh perhatian dan semangat yangtinggi.
9. Memilih Tempat Shalat Yang Sesuai
Artinya yang memenuhi syarat agar bisa membuat shalat kita menjadi khusyu'.Tempat tadi paling tidak harus memenuhi beberapa kriteria berikut:
1. Tenang, dan jauh dari keributan yang ditimbulkan -mungkin- olehpenuh sesaknya orang-orang yang shalat, sehingga membikin suara yangmangganggu. Sesungguhnya Nabi pernah marah ketika dalam shalat beliaumendengar suara ribut di belakangnnya.
Lihat Syarhu an-Nawawi VI/74.
2. Hadirnya para malaikat. Artinya, kita menghindari hal-hal/sesuatu yangmeng halangi malaikat (rahmat) untuk memasuki tempat kita menunaikanshalat. misalnya, lukisan benda bernyawa, atau anjing. Karena Nabibersabda:"Para malaikat tidak akan memasuki satu rumah yangdidalamnya ada lukisan benda bernyawa, atau anjing."
Imam al-Khitabi menjelaskan:"Yang dimaksud di situ adalah para malaikat yang datang membawarahmat dan berkah, bukan para malaikat yang mencatat amalanseorang hamba. Karena mereka (yang kedua) itu tak pernah berpisahdengan manusia."
Di antaranya lagi, suara- suara musik. Juga termasuk di antaranya suara belllonceng. Karena Nabi pernah bersabda:"Sesungguhnya lonceng itu adalah seruling-seruling setan."
10. Menghindari Segala Yang Menyibukkan Dan Mengganggu SahalatTermasuk dalam lingkaran larangan itu, shalat di kala makanan sudahdihidangkan; atau shalat di kala sedang menahan buang air kecil atau besar.Nabi bersabda yang artinya:Janganlah salah seorang di antara kamu shalat, kala makanandihidangkan, atau kala menahan buang air." 2017 Diriwayatkan oleh al-Bukhari: 4225, 3322, 4002, 5949, Muslim: 2106, Tirmidzi: 2804,an-Nasa'i: 7/185-186, dan yang lainnya.18Lihat "Hasyiah as-Sindi `ala Ibnu Majah": 11/386.19Diriwayatkan oleh Imam Muslim: 2114, an-Nasa'i dalam as-Sunan al-Kubra: 8812, AbuDawud: 2556, Ahmad, dalam Musnadnya: 11/366-3720, al-Baihaqi dalam "as-Sunanal-Kubra": 5/253.20Diriwayatkan oleh Muslim: 560, Ibnu Hibban: 195 dan al-Baghwi dalam "Syarhu as-Sunnah": 801.13 Diriwayatkan dalam hadits al-Bukhari dan Muslim: 558, bahwasanya IbnuUmar pernah dihidangi makanan; saat itu adzan berkumandang, namun beliauterus saja makan sampai selesai. Padahal beliau sudah mendengar suara bacaanimam. Di antaranya yang lain: shalat di bawah terik matahari. 'Dalam hal iniRasulullah pernah bersabda, yang artinya:"Apabila matahari bersinar terik / panas sekali, tundalah waktushalat hingga cuaca dingin. Karena sesungguhnya panas yang terikitu berasal dari uap Narr Jahannam."Yang lainnya lagi: memandang (ketika shalat) sesuatu yang merusak konsentrasi.Dari Anas diceritakan, bahwa Aisyah memiliki kain korden berhias yang menutupisebagian tembok rumahnya. Maka Rasulullah bersabda:"Singkirkan korden itu, Sesungguhnya gambar-gambarnya itu terusterbayang dalam diriku di waktu shalat."
Imam Ash-Shan'ani berkomentar:"Sesungguhnya hadits itu mengandung larangan terhadap segala halyang dapat mengganggu shalat. Baik itu ukiran-ukiran, hiasan-hiasandan lain-lain.
11. Memanjangkan BacaanMemanjangkan bacaan surat dalam shalat, seringkali membantu proseskekhusyu'an, terutama bagi yang mengerti kandungan makna bacaan itu, ataubagi orang yang dianugerahi Allah kelembutan jiwa.Rasulullah pernah ditanya: "Shalat bagaimana yang palingutama?" Beliau menjawab: "Yang panjang qunut/kekhusu'an nya."22Imam Ibnul `Arabi menyatakan:"Aku mencoba menyelidiki sumber-sumber kekhusyu'an; lalu kudapati adasepuluh perkara:21HR. Al-Bukhari: 374 dan Ahmad: III/151 - 283.22HR. Muslim: 756, Tirmidzi: 387, Ibnu Majah: 1421 dan al-Baghwi dalam Syarhu asSunnah: 559-560.14Ketaa'atan, ibadah, kesinambungan melakukan amal shalih, shalat,bangun malam, berdiri panjang (dalam shalat), berdoa, ketundukan,diam tenang, dan tidak menoleh-noleh. Kesemuanya adalah alternatifyang saling terkait. Namun yang paling berpengaruh adalah:ketundukan, berdiam diri dan bangun malam."
12. Hendaknya kita shalat, seperti shalatnya orang yangakan bepergian jauh (meninggalkan alam fana)Rasulullah pernah menegaskan:"Apabila engkau melakukan shalat, maka shalatlah kamu, denganshalatnya orang yang akan meninggalkan alam fana..." 24Yang dimaksud, agar kita shalat dengan shalatnya orang yang rindu untukberjumpa Allah. Bukan shalatnya orang yang gila dunia, yang menjadikan duniadan segala kesibukannya sebagai bayangan yang selalu terukir dalam benak.Masih ada juga beberapa kiat khusyu'lainnya dalam shalat. Cukup dikutipsebagian di antaranya; sekedar untuk memacu dirt kita agar memperbaikikualitas shalat kita.Menghiasi dan menyempurnakannya dengan kekhusyu'an; sehingga padaakhirnya, akan menjadikan kita sebagai mukmin yang penuh keberuntungan,dunia dan akhirat. Lalu, kita berdoa kepada Allah agar kita dijauhkan darimereka yang disebutkan dalam rman Allah:"Maka sungguh satu kecelakan yang besar bagi meraka yang telahmambatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalamkesesatan yang nyata:" (az-Zumar: 22)23Lihat "Al-'Aridhah".24 Dikeluarkan oleh Ibnu Majah: 4171, Ahmad: 5/412 dan dihasankan oleh al-Albani dalam"Shahih aljami' ash-Shaghir": 1/265.15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar