Islam Allah Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Metode Iqro’ Kota Tegal: 2012-12-09

Sabtu, 15 Desember 2012

Imam Al Bukhari yang Menakjubkan

Oleh: Al-Ustadz Abu Hamid Fauzi bin Isnaini

Beliau terlahir di Bukhara. Kota tua yang berada di dekat negeri Samarkand. Kini termasuk dari bekas jajahan Rusia. Dari sungai Jeihun berjarak dua hari perjalanan. Nama asli beliau Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbab Al Ju’fy. Nama terakhir ini, menunjukkan bahwa nasab beliau bukan dari Arab. Ju’fy adalah nisbah keluarga beliau kepada salah seorang hakim di Bukhara yang bernama Yaman Al Ju’fy. Melalui tangan beliaulah Al Mughirah masuk Islam.
Kedua orang tua Al Bukhari adalah orang yang shalih. Ayahnya, Abu Hasan Ismail adalah seorang alim di Bukhara. Beliau termasuk ahli hadits dari murid Imam Malik. Ia meriwayatkan hadits dari sejumlah ahli hadits seperti Hammad bin Zaid dan Abu Muawiyah. Juga berguru kepada Abdullah bin Mubarak.
Ibunya adalah seorang yang sangat gemar beribadah. Ia dianugerahi kekuatan banyak berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ketika kecil, Al Bukhari mengalami kebutaan. Namun ibunya tidak pernah berhenti berdoa supaya penglihatan anaknya dikembalikan. Para dokter telah angkat tangan dari upaya mengobati kebutaannya. Di saat tidur, sang ibu melihat Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, ia berkata, “Wahai ibu, Allah telah kembalikan kedua penglihatan anakmu karena banyaknya doamu dan isak tangismu.”
Di masa kecil, ayahnya meninggal. Lalu ia bersama saudaranya, Ahmad, diasuh oleh sang ibu.
Ketika menginjak usia 10 tahun, hatinya bergelora untuk menghafal hadits-hadits nabi. Sejak itulah ia mulai terlihat bergabung di halaqah-halaqah hadits.
Hasrat itu kian hari kian tumbuh di qalbunya. Bahkan sejak remaja, ia memiliki semangat pula untuk bisa memilah-milah hadits yang shahih dan tidak, meneliti sebab-sebab tersembunyi dari ke-dha’if-an hadits, mengenal biografi para ahli hadits, kapan dan di mana lahirnya, kapan wafatnya, bagaimana kepribadiannya, di mana tempat tinggalnya, ke mana saja ia menuntut ilmu, dan seterusnya. Membandingkan rangkaian-rangkaian sanad, mengenal mana hadits yang terputus dan bersambung, juga mengenal bagaimana memahami hadits. Malam dan siangnya selalu sibuk dan bergelut dengan ilmu.
Setelah ilmu dari para ulama di negerinya ia warisi, Al Bukhari mengadakan rihlah. Saat itu umurnya 16 tahun. Rihlah adalah merantau ke negeri orang untuk mencari hadits dan mendapatkan sanad yang tinggi. Dengan rihlah ini, ia bisa bertemu dengan ulama yang semasa dengan guru-guru Imam Malik dan Abu Hanifah. Seperti Makky bin Ibrahim dan Abu Nu’aim Al Fadhl bin Dukain. Ia pergi ke Makkah, Madinah, Kufah, Bashrah, Syam Mesir, dan negeri lain di Khurasan. Maka tidaklah kita heran dengan pengakuan beliau, “Aku berguru kepada 1000 ulama bahkan lebih, dan tidaklah aku sebutkan hadits-hadits mereka kecuali aku hafal beserta sanad-sanadnya.”
Al Bukhari banyak mewarisi akhlak mulia ayahnya, Isma’il. Ayahnya adalah saudagar yang sangat berhati-hati dalam berniaga. Dalam menggali modal, memutarnya atau memilih pegawai. Sehingga keuntungan yang ia peroleh jauh dari harta yang meragukan kehalalannya. Menjelang wafat, ayahnya berkata, “Tidak ada dari hartaku sedirham pun yang haram atau diragukan kehalalannya.” Begitulah keberkahan dari harta beliau yang memiliki dampak besar bagi kebaikan keluarga dan keturunan. Al Bukhari yang juga pedagang sebagaimana ayahnya, ia berdagang dengan niat agar memberi manfaat buat sesama. Ia selalu memberikan bantuan kepada para ulama, penuntut ilmu, fakir miskin. Setidaknya beliau bersedekah 500 dirham tiap bulan. Dalam hal makan dan minum beliau tidak pernah terlihat mewah.
Di lain sisi, beliau tidak pernah mengeluhkan hajatnya kepada seorang pun. Disebutkan oleh seorang teman beliau, Umar bin Hafsh, “Dahulu kami berada di Bashrah bersama Muhammad bin Ismail untuk menulis hadits. Tiba-tiba ia menghilang dari majelis beberapa hari. Setelah kami cari ke sana ke mari, ternyata ia sedang menyepi di rumahnya, tidak punya baju. Bekalnya sudah habis. Maka kami pun mengumpulkan beberapa keping dirham lalu kami belikan baju untuk beliau. Lantas beliau pun kembali menulis hadits.”
* * *
Imam Al Bukhari, di samping sangat berhati-hati dalam mencari rezeki, juga sangat berhati-hati dari dosa. Sesuatu yang mungkin di mata manusia ringan, tapi di hadapan beliau adalah perkara yang bisa membinasakan. Sebagaimana kita dapati dari sejumlah fragmen dari perihidup beliau berikut ini.
“Maafkanlah aku wahai Abu Ma’syar?” pinta Al Bukhari kepada salah satu muridnya yang buta.
“Apa salahmu?” kata Abu Ma’syar Adh-Dhahir.
“Aku pernah membacakan riwayat hadits. Ketika pandangan mataku tertuju padamu, aku mendapati seakan engkau begitu takjub dengan riwayat itu, sehingga kepalamu engkau goyang-goyangkan, begitu juga kedua tanganmu. Aku tersenyum geli melihat tingkahmu wahai Abu Ma’syar.”
“Engkau ku maafkan, wahai Abu ‘Abdillah. Semoga rahmat Allah selalu terlimpah untukmu.”
Seorang muridnya mengisahkan, bahwa suatu ketika Al Bukhari berada di dalam masjid. Terlihat oleh beliau seorang lelaki sedang mengibaskan jenggotnya. Rupanya ia sedang berusaha mengenyahkan benda kecil yang tersangkut di bawah bibirnya. Benda kecil itu pun jatuh bebas di lantai masjid. Hati Al Bukhari begitu cemburu dengan sikap tidak adil lelaki tadi. Kenapa ia tidak menjaga kehormatan rumah Allah, sementara jenggotnya ia jaga sedemikian rupa? Aku lihat Al Bukhari menatap tajam benda kecil yang tergeletak sambil mengamati kondisi sekitar. Nampak sekali bahwa ia ingin mengambil benda itu tanpa diketahui manusia. Ketika kesempatan datang, dengan cepat ia sambar benda itu lalu disimpan sementara di salah satu kantong bajunya. Ketika beliau keluar, barulah benda itu ia buang.
Beliau juga sangat berhati-hati dan jauh dari ghibah, yakni memperbincangkan kejelekan saudaranya. Beliau berkata, “Sejak aku tahu ghibah itu perkara yang diharamkan, aku belum pernah sekalipun berbuat ghibah. (semoga) di akhirat kelak, aku tidak punya musuh yang mengadukan diriku di hadapan Allah atas kezalimanku.”
Adapun kritikan dan penilaian negatif yang beliau sebutkan dan beliau nukil dari ucapan para imam atas para sejumlah perawi hadits, maka itu adalah bentuk pembelaan terhadap Sunnah Nabi. Dengan itu, sehingga hadits-hadits Rasul terjaga.
Suatu hari, beliau keluar bersama sahabat-sahabatnya untuk berlatih memanah. Dalam hal ini, Al Bukhari adalah orang yang sangat mahir tiada tanding. Al Warraq menuturkan, “Selama aku berteman dengannya, belum pernah aku mendapati anak panah yang melesat dari busur beliau meleset dari sasaran kecuali sekali. Tidak, bahkan bidikannya selalu tepat sasaran dan ia belum pernah terkalahkan.”
Memanah adalah olah raga ketangkasan yang sangat dianjurkan oleh Nabi. Demikian pula berkuda dan berenang. Oleh sebab itu, walaupun bukan ciri khas ulama, namun karena gelora untuk mengamalkan hadits yang telah beliau ketahui, Al Bukhari sangat gemar menunggang kuda lalu pergi ke tanah lapang untuk berlatih memanah.
Abu Ja’far berkata lagi, “Saat kami di Firabra kami pernah menunggang kuda untuk memanah bersama Al Bukhari. Kami berhenti di gerbang masuk menuju pelabuhan (sungai Waradah). (Mulailah kami membidik sasaran). Anak-anak panah pun melesat dari busur-busur kami. Dan anak panah Imam Al Bukhari tepat mengenai tali pancang jembatan yang membentang di atas sungai. Tali itupun terbelah. Seketika itu beliau turun dari tunggangannya lalu mencabut anak panah itu dari tali pancang yang sudah terbelah. Dan beliau sudahi pertandingan itu.
“Mari kita pulang!” ajak beliau kepada rekan-rekannya. Kami pun pulang bersamanya ke tempat tinggal kami.
“Aku butuh bantuanmu wahai Abu Ja’far!”
“Sampaikanlah, aku akan bantu.”
“Perkara penting dan berat wahai Abu Ja’far!” ujar beliau sambil menghela nafas panjang.
“Pergilah bersama Abu Ja’far, agar kalian bisa membantunya menunaikan permintaanku ini.” tambahnya.
“Apa gerangan wahai Imam?”
“Kau jamin bisa tunaikan permintaanku?”
“Ya, aku jamin!”
“Wahai Abu Ja’far. Pergilah kepada pemilik jembatan itu! Beritahukan bahwa kita telah merusak salah satu tali pancangnya, oleh sebab itu mintakan izin kepadanya agar kita memperbaikinya atau kita beri dia ganti rugi.”
Ketika sampai kepada pemilik jembatan, yang ternyata adalah Humaid bin Al Akhdhar, ia mengatakkan, “Sampaikan salam kepada Abu Abdillah (Al Bukhari), dan beritahukanlah aku telah memaafkannya. Apa yang aku miliki adalah tebusan untuknya.”
Maka aku sampaikan pesan dari Humaid kepada Imam Al Bukhari. Seketika itu wajahnya berseri dan menampakkan kegembiraan yang luar biasa. Sehingga pada hari itu, beliau membacakan 500 hadits kepada para pencari hadits dari luar Bukhara dan bersedekah 300 dirham.
Sumber:
1. Majalah Qudwah edisi 01 vol. 01/1433 H/2012 hal. 110-111. 2. Majalah Qudwah edisi 02 vol. 01/1433 H/2012 hal. 101-103.

Rabu, 12 Desember 2012

KALIMAT THOYYIBAH


Ta’awuz
أَعُوْذُ بِااللهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ
A'uzu billahi minasy syaithonir rojim
Aku berlindung kepada Alloh dari godaan syetan yang terkutuk
Istirja’
إِنَّ ﷲِوَإِنَّ إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un
Sesungguhnya kita milik Alloh dan hanya kepada Alloh kita akan kembali

Basmallah
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Bismillahir rohmanir rohim
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Hauqolah
لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِالله
La haula wala quwwata illa billah
Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Alloh

Syahadatain
أَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ الله
وَ أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله

Asyhadu alla ilaha illaha illalloh
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Alloh
Wa asyhadu anna muhammadar rasululloh
dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Alloh

Salam
وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكاَتُهُ اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Jawabannya:
وَعَلَيْكُمُ اَلسَّلاَمُ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكاَتُهُ
Wa'alaikumus salam warohmatullohi wabarokatuh
Semoga keselamatan dan rahmat Allah tetap atas kalian dan (atas kalian) keberkahanNya

Tahlil
لا َإِلَهَ إِلاَّ اﷲ
La ilaha illalloh
Tiada Tuhan selain Alloh

InsyaAlloh
إِنْشَا أَﷲِ
Insya Alloh
Apabila Alloh menghendaki

Tasbih
سُبْحَانَ الله
Subhanalloh
Maha Suci Alloh

Istighfar
أَسْتَغْفِرُاﷲَ
Astaghfirulloh
Aku mohon ampunanmu Ya Alloh

Tahmid/ Hamdallah
اَلْحَمْدُ ِلله
Alhamdu lillah
Segala puji hanya milik Alloh

Shalawat Nabi
أَللَّهُمَّ صَلِّى عَلٰى مُحَمَّدٍ
Allohumma sholli 'ala Muhammad
Ya Alloh limpahkan rahmat kepada Nabi Muhammad

Takbir
اَكْبَر اَللهُ
Allohu akbar
Alloh Maha Besar

MasyaAlloh
مَاشَاءَ الله
Masya Alloh
Semua ini kehendak Alloh

Selasa, 11 Desember 2012

Bacaan Shalat Fardlu

Takbiratul Ihram
اَللهُ أَكْبَرُ  
“ Allah Maha Besar“ (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
Bacaan Iftitah
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ حَنِيْفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ، إِنَّ صَلاَتِيْ، وَنُسُكِيْ، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِيْ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Allah Maha Besar, Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore.” (HR. Muslim)
Aku menghadap kepada Tuhan Pencipta langit dan bumi, dengan memegang agama yang lurus dan aku tidak tergolong orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya shalat, ibadah dan hidup serta matiku adalah untuk Allah. Tuhan seru sekalian alam, tiada sekutu bagiNya, dan karena itu, aku diperintah dan aku termasuk orang-orang muslim.” (HR Muslim)
اَللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اَللَّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَايَايَ، كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اَللَّهُمَّ اغْسِلْنِيْ مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ.
“Ya Allah, jauhkan antara aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan salju, air dan air es.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ta’awudz
أَعُوْذُ بِاﷲ ِالسَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
“Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Tahu dari syetan yang terkutuk, dari kegiatannya, kesombongannya dan syi’irnya.“                            ( HR Abu Daud )
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاﷲِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.“ ( QS.  An Nahl : 98 )
Basmallah dan Alfatihah
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمـَنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
الرَّحْمـنِ الرَّحِيمِ
مَـالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَ إِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
إَهْدِنَالصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ
Ruku’
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
“Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung dan segala puji bagiNya.(Dibaca tiga kali).” (HR Abu Dawud dan Daruqutni)
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ.
“Maha Suci Engkau, ya Allah! Tuhanku, dan dengan pujiMu. Ya Allah! Ampunilah dosaku.” (HR Bukhari dan Muslim)
I’tidal
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ.
“Semoga Allah mendengar pujian orang yang memujiNya.” (HR Bukhari dan Muslim)
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
“Wahai Tuhan kami, bagiMu segala puji.” (HR Bukhari)

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ، حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ
“Wahai Tuhan kami, bagiMu segala puji, aku memujiMu dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh dengan berkah.” (HR Bukhari)
مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءَ اْلأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
“(Aku memujiMu dengan) pujian sepenuh langit dan sepenuh bumi, sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu.” (HR Muslim)
Sujud
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى وَبِحَمْدِه
“Maha Suci Tuhanku, Yang Maha Tinggi dan segala puji bagiNya. (Dibaca tiga kali)” ( HR Abu Dawud)
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ.
“Maha Suci Engkau. Ya Allah, Tuhan kami, aku memujiMu. Ya Allah, ampunilah dosaku.” (HR Bukhari dan Muslim)
Duduk Antara Dua Sujud ( Iftirosy)
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ.
“Wahai Tuhanku, ampunilah dosa-ku, wahai Tuhanku, ampunilah dosa-ku.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah )
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَاجْبُرْنِيْ وَعَافِنِيْ وَارْزُقْنِيْ وَارْفَعْنِي.
 “Ya Allah, ampunilah dosaku, berilah rahmat kepadaku, tunjukkanlah aku (ke jalan yang benar), cukupkanlah aku, selamatkan aku (tubuh sehat dan keluarga terhindar dari musibah), berilah aku rezeki (yang halal) dan angkatlah derajatku.”(HR Ashabus Sunan kecuali An Nasa’i)

Tasyahud

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
“Segala penghormatan hanya milik Allah, juga segala pengagungan dan kebaikan. Semoga kesejahteraan terlim-pahkan kepadamu, wahai Nabi, begitu juga rahmat dan berkahNya. Kesejah-teraan semoga terlimpahkan kepada kita dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang hak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Shalawat
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ، اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ.
 “Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagai-mana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung. Berilah berkah kepada Muhammad dan keluarganya (termasuk anak dan istri atau umatnya), sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.” (HR Bukhari)
Do’a Sebelum Salam
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ.
 “Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.” (HR Bukhari dan Muslim)
Salam
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
“Semoga keselamatan dan rahmat Allah limpahkan kepadamu.” (HR. Abu Daud , At Tirmizi , An Nasai dan Ibnu Majah )
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
“Semoga keselamatan dan rahmat Allah tetap atas kalian dan (atas kalian) keberkahanNya.” (HR. Abu Daud)